Selasa, 17 September 2019

Dampak Kebakaran Hutan di Kalteng dan Riau, Petugas Temukan Ular Piton, Harimau, hingga King Kobra

Sambal - Sudah sejak dua bulan lebih bencana Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Indonesia menimpa Riau hingga Kalteng
Selama itu juga para petugas pemadaman kebakaran berjibaku dengan api di lokasi Karhutla.
Kondisi kebakaran di Kalimantan masih terus terjadi.
Bahkan ada beberapa akun media sosial yang mengunggah video asap sangat pekat sampai membatasi jarak pandang pengguna jalan.
Kebakaran itu, selain menyebabkan matinya berbagai jenis tanaman, serta mengganggu pernapasan, satwa liar di hutan Kalimantan juga banyak yang mati karena tak bisa menghindar dari kebakaran.
Kebakaran Hutan banyak memakan korban, mulai dari Ular langka berukuran raksasa ikut terpanggang hingga bertemu harimau.
Hutan Kalimantan punya banyak satwa liar yang dilindungi dan terancam punah.
Akun Instagram @gardasatwafoundation, mengunggah foto bangkai ular besar yang berada di daerah sungai Kalimantan.
Ular Piton hampir mirip dengan Anaconda di hutan tropis Amazon. Ular ini biasa mencari makan di daerah hutan dan sungai.
Menurut Akun GardaSatwa, ular Piton ini disebut sebagai Anaconda Indonesia.
Masyarakat Suku Dayak Pedalaman Hutan Kalimantan menyebut ular ini Tangkalaluk / Phyton Raja Ular Rimba.
Menurut beberapa orang Ular jenis Piton ini menjadi legenda masyarakat suku Dayak.
Predator ini termasuk hewan langka, jarang ditemui penduduk dan berada dipedalaman hutan Kalimantan.
Dalam foto yang diunggah akun Garda Satwa, Ular tersebut terkulai dengan sisik yang sudah terbakar.
Warga berusaha mengeluarkan bangkai ular dari kobaran api. Dalam foto tersebut, ular piton tidak sempat menyelamatkan diri dan tewas dengan mulut terbuka.
"Kebakaran Hutan di PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DAN RIAU membuat kita sedih..sangat amat sedih sekali termasuk saya
Bertemu Harimau, Sarang Tawon hingga King Kobra
Sudah dua bulan lebih bencana Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Kabupaten Pelalawan, Riau, Pekanbaru, berlangsung.
Banyak kisah yang dirasakan para personil gabungan setiap terjun ke areal yang dilalap api baik personil TNI, Polri, BPBD, Satpol PP dan Damkar, MPA, tim rayon kecamatan, Manggala Agni, serta Regdam perusahaan.
Mulai dari cerita kesialan seperti terjatuh ataupun terjerembab dalam gambut yang akhirnya dijadikan bahan tertawaan untuk menghibur di tengah kesibukan berperang dengan api.
Ada kisah yang lebih horor lagi yakni bertemu dengan Harimau Sumatera hingga ular paling beracun di dunia, King Cobra.
"Ceritanya minggu lalu, waktu kami melakukan pemadaman di Desa Tambak. Lahan yang terbakar merupakan semak belukar dan hutan yang berseberangan dengan kebun warga," kata Camat Langgam, Robby Ardelino, kepada tribunpelalawan.com, Jumat (23/8/2019).
Robby mengisahkan, pekan lalu titik api terdeteksi di Desa Tambak Kecamatan Langgam yang melalap lahan gambut.
FOLLOW INSTAGRAM TRIBUN MANADO
Langsung dengan cepat tim rayon kecamatan dari unsur pemerintahan, TNI, Polri, MPA dan dibantu perusahaan terjun ke lokasi untuk melakukan operasi pemadaman.
Pemadaman dilanjutkan keesokan harinya karena api belum bisa dikuasai, dibantu oleh satgas udara menggunakan helikopter Water Bombing (WB).
Awalnya beberapa petugas gabungan menemukan jejak mirip bekas kaki Harimau Sumatera di tanah bekas terbakar.
Kemudian informasi itu disampaikan ke tim lain yang sibuk memadamkan api, hingga dipastikan jika jejak itu milik si Belang petugas masih fokus pemadaman.
Lantaran persediaan air di lokasi sangat terbatas, personil melangsir air dari sungai menggunakan mobil tengki.
Personil yang bertugas mengambil air bergerak ke sungai untuk menyedot persediaan air dan diantar ke lokasi pemadaman.
Saat berada di tepi sungai, personil terkejut setengah mati melihat seekor harimau dewasa sedang minum di seberang sungai.
"Katanya ada juga anaknya di samping induknya itu. Anggota itu yang cerita ke saya langsung," tambah Robby.
Setelah menyiarkan kabar keberadaan binatang buas bernama latin Panthera Tigris Sumatrae tersebut, seluruh personil diminta waspada dan mawas diri karena sewaktu-waktu bisa berhadapan dengan harimau.
Kisah horor itu tak berhenti sampai disitu saja dan siberlang masih menunjukan eksistensinya kepada petugas.
Tepat pada malam hari personil memilih menginap di lokasi Karhutla untuk mengefektifkan pemadaman jika pulang ke rumah.
Di tengah malam, Si Belang mengaum beberapa kali dan sangat jelas terdengar oleh petugas.
"Kami di lokasi diam-diam aja dan sama-sama tahu. Tak ada membahas itu lagi, karena takut ia muncul lagi. Seperti kata orangtua dulu kalau kita cerita tentang benda itu di tengah hutan, kita didatangi," tandasnya.
Hingga proses pemadaman tuntas dan berpindah di lokasi lain, tidak terjadi konflik antara personil dengan kucing besar tersebut.
Diperkirakan Si Mbah keluar dari habitatnya lantaran sebagian hutan terbakar dan menimbulkan asap tebal.
Hal itu membuat ia mencari lokasi baru yang aman dari kebakran lahan.
Berbeda lagi dengan kisah yang dialami tim gabungan damkar di Kecamatan Pangkalan Kerinci yang sudah sebulan lebih berjibaku dengan api.
Para pejuang api itu kerab bertemu ulang selama memadamankan api di Jalan Lingkar Timur dan Jalan Lintas Timur Kota Pangkalan Kerinci.
Terakhir petugas bertemu dengan ular paling beracun di dunia yakni King Kobra.
"Itu kejadian semalam, kami ketemu ular King Cobra tepat dibawah kaki. Untung saja sudah mati terbakar, kalau tidak repot lagi urusannya," ujar Camat Pangkalan Kerinci, Dody Asmasaputra, sambil tertawa mengenang kisah itu.
Dodi bercerita tim gabungan sedang melakukan pemadaman dan pendinginan di lokasi Karhutla di Jalintim Pangkalan Kerinci berdekatan dengan SPBU Buya Karim.
Saat asik memadamkan Camat Dodi dan anggota lainnya hampir memijak ular yang dekat tungul kayu dengan cepat binatang berbisa itu disemprot dengan air dan ternyata tidak bergerak lagi.
Mereka memberanikan diri menjolok King Cobra itu pakai kayu, rupanya sudah mati terpanggang api.
Beruntung petugas selamat dari gigitan racun yang bisa membahayakan nyawanya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pelalawan, Hadi Penandio mengakui banyak kisah yang menjadi kenangan tak terlupakan selama operasi pemadaman.
Ia membenarkan pertemuan dengan harimau Sumatera di Langgam dan King Cobra yang terpanggang di Pangkalan Kerinci.
Pengalaman itu menjadi pelajaran berharga bagi para petugas, apalagi hampir setiap kali dirasakan, khususnya bertemu ular berbisa.
"Ada juga pernah kita melakukan pemadaman api di bawah pohon, baru sadar ternyata di atas ada sarang tawon besar. Otomatis ada keresahan juga," tukasnya.
Hadi menuturkan, strategi pemadaman api Karhutla yang diterapkan tim satgas terpadu memang cukup "membahayakan" para personil.
Pasalnya ketika titik api muncul, tim harus mengambil posisi dari arah berlawanan dengan pangkal api agar memudahkan pemadaman.
Minimal menyusuri jalan dari sisi kiri dan kanan api, dengan membuka akses sendiri.
Petugas dalam posisi menjumpai pangkal api, disisi lain binatang melata atau hewan lainnya pasti bergerak menjauhi api maupun asap.
Kondisi itulah yang kerap mempertemukan petugas dengan binatang penghuni lokasi yang dilalap api tersebut.
"Kita masuk ke dalam, mereka-mereka itu ke luar dan ketemu di tengah jalan. Tapi alhamdulilah belum ada petugas yang celaka karena binatang selama ini," tukasnya.
Hadi menyebutkan, setiap memulai operasi pemadaman pihaknya selalu mengingatkan anggota mengutamakan keselamatan diri dan tetap waspada dalam kondisi apapun.
Jika didasari dengan niat tulus dan upaya penyelamatan habitat para hewan yang bermungkim di daerah itu akan menjauhkan bahaya yang mengancam. Berita ini disadur dari berbagai sumber Tautan
klik Disini :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar