Kamis, 24 Mei 2018

Candi Abang, Tempat Tinggal Dewa-Dewi



Sogo4d - Mungkin tidak banyak yang tahu, kalau Sleman memiliki sebuah candi bersejarah yang tertutup tanah. Konon, inilah tempat tinggal para Dewa-Dewi.
Candi Abang tersembunyi di dalam gundukan tanah mirip bukit teletubbies ini. Terletak tak jauh dari Rumah Teletubbies, berada di puncak bukit dusun Blambangan, Jogotirto. Tepatnya sekitar 250 meter dari pinggir Jalan Raya Berbah-Piyungan.
Menurut kepercayaan penempatan bangunan di puncak bukit karena tempat-tempat tertinggi dianggap tempat suci atau tempat tinggalnya dewa-dewi. 
Dinamakan Candi Abang sebab bahan bangunannya terbuat dari batu bata berwarna merah. Abang dalam Bahasa Jawa berarti Merah. Jika menilik bangunan candi lainnya umumnya berbahan batuan andesit (hitam).
Candinya memang belum berwujud karena masih tertimbun tanah. Belum banyak penelitian maupun informasi mengenai candi ini. Namun, diperkirakan bangunannya seperti piramida dan umurnya diperkirakan paling muda di antara candi lainnya yang berada di sekitar Prambanan.
Berdasar papan informasi dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB), catatan tertua Candi Abang terdapat pada Laporan Raport OudheidkundigeDients (ROD) tahun 1915.
Disebutkan bahwa di Candi Abang pernah ditemukan sebuah lingga dan arca Budha. Lingga adalah lambang Dewa Siwa, dewa tertinggi dalam agama Hindhu.
Di atas Candi Abang pernah ditemukan prasasti pendek pada tahun 1932, prasasti tersebut berisi penanggalan tahun 794 Saka atau 872 Masehi. Namun angka tersebut belum bisa dijadikan acuan tanggal pendirian candi ini.
Mendaki ke bukit ini kita akan disajikan panorama luas sebatas mata memandang. Gunung Merapi di utara, Pantai Parangtritis di selatan dan deretan pegunungan sewu yang bersambung-sambung. Plus Kota Jogja di kejauhan. 
Momen yang paling tepat untuk mengabadikan keindahannya adalah menjelang matahari terbit atau terbenam. Makanya, candi ini biasanya ramai di kala sore. Sayang waktu kami datang hampir tengah hari dan mulai gerimis sehingga tidak bisa berlama-lama.
Di sekitar candi ini, tidak banyak rumah penduduk. Hanya satu dua dengan jarak cukup jauh. Sekeliling bukit berupa hutan jati dan kawasan karst.
Namun, keluar dari bukit berupa persawahan dan datar dengan tanah subur. Kemungkinan bukit ini juga hasil pengangkatan laut jutaan tahun lalu karena topografinya berciri sama dengan gunung kidul. Hanya saja ia tercecer alias tak menyatu pada rangkaian pegunungan sewu.
Akses jalan ke sini sudah beraspal sampai tempat parkir yang dikelola penduduk. Untuk sampai ke candinya berjalan kaki sekitar 100 meter karena makin mendekati candi berubah batuan dan demi keamanan kendaraan.
Jalannya masih tanah, saat terkena air hujan akan berlumpur dan licin. Karena masih jarang wisatawan yang ke sini, kadang digunakan untuk kambing merumput. Siap-siap terkena ranjau alias eek kambing ya.
Meski sudah terdapat papan petunjuk dari BPCB, tapi belum ada penjaga khusus. Masuknya juga tidak bayar. Paling hanya menitip kendaraan ke warga yang juga menjajakan makanan ringan seadanya. Terdapat fasilitas MCK dan taman di sebelahnya tapi agak kurang terawat.

Kalau ingin sensasi traveling berbeda, agendakan ke sini ya. Tenang, masih dalam bukit yang sama terdapat peninggalan purbakala Gua Sentono dan Gua Jepang di dekat Candi Abang. Ada pula Lava Bantal yang bisa sekalian dikunjungi sekitar satu kilometer dari lokasi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar